Santri nggak cuma paham agama, tapi juga siap mental, fisik, dan sosial buat hadapi dunia yang penuh plot twist. Salah satunya lewat edukasi kesehatan reproduksi (kespro) yang sehat, santun, dan syar’i.
Ada sebuah kegelisahan besar yang sedang menjalar ke seluruh dunia pendidikan hari ini, sekolah semakin maju fasilitasnya, tetapi semakin miskin kebijaksanaannya. Generasi kian cerdas, tetapi kehilangan arah. Gelar bertambah, tetapi martabat menurun. Inilah saat di mana pesantren menjadi tempat istirahat terakhir bagi nilai-nilai yang modernitas tidak mampu pelihara: ketulusan, adab, dan ketenanga
Peradaban dunia menunggu santri untuk tampil, bukan sebagai pengikut arus, tapi sebagai penjaga keseimbangan, dengan menghadirkan teknologi yang berhati dan ilmu yang berjiwa.
Dua kasus yang belakangan menyita perhatian publik—tragedi mahasiswa neurodivergent di Universitas Udayana, Timothy Anugerah Saputra, dan kontroversi media yang menghina tradisi Pondok Pesantren Lirboyo dan KH Anwar Manshur—adalah cerminan nyata dari operasional Teori Subaltern dalam masyarakat.
Era digital saat ini menghadapkan kita semua pada situasi yang unik, situasi yang tidak pernah kita alami sebelumnya. Atau, jika pernah kita alami, derajat pengalaman itu tidak seintensif saat ini. Saya ingin menyebutnya sebagai “situasi panoptikon”.
Viralnya peristiwa seorang kepala sekolah yang menampar siswanya karena merokok di lingkungan sekolah memperlihatkan dua penyakit sosial sekaligus: merosotnya disiplin murid dan cepatnya publik menghakimi guru. Satu sisi yang salah sudah jelas—seorang siswa melanggar aturan moral dan hukum sekolah—namun yang disorot justru guru yang menegur keras.
Dalam beberapa hari terakhir, masyarakat santri di berbagai pelosok tanah air kembali dibuat gusar oleh tayangan salah satu program televisi di Trans7 yang dianggap menghina dunia pesantren. Dalam segmen yang dimaksud, muncul representasi pesantren yang dilecehkan melalui candaan berbau stereotip dan pelecehan moral. Reaksi keras pun datang dari berbagai kalangan: para kiai, alumni pondok pesantre
Ketika Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan kembali bersepakat melakukan skema burden sharing dengan realisasi Rp200 triliun untuk mendanai program prioritas Presiden Prabowo Subianto, banyak pihak terkejut, khawatir, bahkan ada yang langsung mengaitkannya dengan ancaman inflasi. Namun, bagi saya, hal ini sama sekali tidak mengejutkan. Mengapa? Karena pada akhirnya, semua pihak memang butu
Pada hari Sabtu, tanggal 9 Agustus 2025, Madrasah Aliyah Alfalak Pagentongan menyelenggarakan acara Kick Off dan Launching Program Pembelajaran Ilmu Falak bagi santri dan siswa Madrasah Aliyah Al-Falak Pagentongan.
Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI-NU) Jawa Timur terus meneguhkan komitmennya dalam membangun kemandirian pesantren. Hal ini diwujudkan melalui Workshop Air Bersih dan Pemberdayaan Ekonomi Pesantren yang digelar pada Senin (7/7/2025) di Auditorium KH. Yazid Karimullah, Pondok Pesantren Nurul Qarnain, Jember.
Khidmat dan Haru: MI At-Taqwa Bondowoso Wisuda 290 Santri di Pengujung Tahun Pelajaran. Takhtim As-Sanah Ad-Dirosiah ini menjadi penanda berakhirnya satu fase penting dalam kehidupan belajar para santri, sekaligus awal dari perjalanan menuntut ilmu ke jenjang berikutnya.